Sabtu, 18 September 2010

#2 Part of Jaman Wis Akhir Repertoar

Kalau yang sunyi engkau anggap tiada
Maka bersiaplah terbangun mendadak dari tidurmu oleh ledakannya
Kalau yang diam engkau remehkan
Bikinlah perahu agar di dalam banjir nanti engkau tidak tenggelam
Kalau yang tidak terlihat oleh pendanganmu engkau tiadakan
Bersiaplah jatuh tertabrak olehnya
Dan kalau yang kecil engkau sepelekan
Bersiaplah menikmati kekerdilanmu di genggaman kebesarannya

Kalau memang yang engkau pilih bukan kearifan untuk berbagi
Melainkan nafsu untuk menang sendiri
Maka terimalah kehancuran bagi yang kalah
Dan terimalah kehinaan bagi yang menang
Kalau yang mengendalikan langkahmu adalah rasa senang dan tidak senang
Dan bukannya pandangan yang jujur terhadap kebenaran
Maka buanglah mereka yang engkau benci
Dan bersiaplah engkau sendiri akan memasuki jurang

Minggu, 08 Agustus 2010

#1 Part of Jaman Wis Akhir Repertoar

Kalau memang yang bisa engkau pahami hanyalah kemauan, kepentingan dan nafsumu sendiri
Dan bukannya kerendahan hati untuk merundingkan titik temu kebersamaan
Maka siapkan kekebalan dari benturan-benturan dan luka untuk kemudian orang lain menggali tanah untuk menguburmu

Kalau memang engkau bermaksud menyulap sejarah dan mengubah zaman dalam sekedipan mata
Dan bukannya bersabar menggembalakan irama dan proses
Maka nantikan darah akan muncrat membasahi tanah airmu
Kemudian engkau sendiri akan terjerembab, terjatuh di terjalan-terjalan ketidakberdayaan
Kalau memang sesembahanmu adalah kenikmatan di dalam membenci
Adalah mabuk di dalam teriakan caci maki atau keasyikan di dalam kecurangan-kecurangan
Maka ambil pedangmu angkat tinggi-tinggi
Dan mulailah menabung kerelaan untuk engkau sendiri
Mati

Kalau engkau menyangka bahwa benarnya pendapatmu sendiri itulah kebenaran
Maka apa boleh buat aku mendaftarkan diri untuk melawanmu
Dan kalau engkau mengira benarnya orang banyak adalah segala-galanya
Di mana langit mimpi-mimpi bisa engkau raih dengan itu
Maka jangan sekali-kali menghalangiku untuk mengedari langit
Kan ku petik kebenaran yang sejati
Untuk aku taburkan ke bumi tanpa bisa engkau halangi

Dan kalau memang bagimu kehidupan adalah perjuangan untuk berkuasa
Dan mengalahkan saudara-saudaramu sendiri
Kalau engkau mengira kehidupan adalah untuk saling mengincar
Untuk menikam dari belakang
Atau untuk mengganti monopoli dengan monopoli baru
Menggusur hegemoni dengan hegemoni baru
Serta mengusir macan untuk engkau macani sendiri
Maka apakah itu usulanmu agar kita mempercepat keputusan untuk saling memusnahkan

Jumat, 30 April 2010

Kemana Anak-anak Itu

Kemana anak-anak kita itu
Kemana anak-anak yang dilahirkan oleh seluruh bangsa ini dengan keringat,
dengan luka, dengan darah dan kematian
Anak-anak yang dilahirkan oleh sejarah
Dengan airmata tiga setengah abad
Kemana anak-anak itu
Siapa yang berani-berani menyembunyikan mereka
Siapa yang menculik mereka
Siapa yang mencuri dan membuang mereka
Anak-anak yang bernama kemerdekaan
Yang bernama hak makhluk hidup dan harkat kemanusiaan
Yang bernama cinta kasih sesama
Yang bernama adilnya kesejahteraan
Yang bernama keterbukaan dan kelapangan
Kemana
Aku melihat anak-anak itu lari tunggang langgang
Anak-anak itu diserbu oleh rasa takut yang mencekam
Aku melihat anak-anak itu bertiarap di bawah semak-semak jaman
Anak-anak itu ngumpet di balik kegelapan

Kematian bukanlah tragedi
Kecuali kita mencuri dari tuhan hak untuk menentukannya
Kematian tidak untuk ditangisi
Tapi apa yang menyebabkan kematian, itulah yang harus diteliti

Nyawa badan, nyawa rohani, nyawa kesadaran
Nyawa pikiran, nyawa hak untuk tentram, nyawa kewajiban untuk berbagi kesejahteraan
Nyawa amanat untuk merawat keadilan
Nyawa, nyawa , nyawa, nyawa itu dihembuskan oleh tuhan, dielus-elus dan disayang-sayang
Bahkan nyawa setiap ekor coro
Bahkan nyawa cacing yang menggeliat-geliat
Dijaga oleh tuhan dalam tata kosmos keseimbangan

Tuhan sangat bersungguh-sungguh dalam mengurusi setiap tetes embun yang ia tampung di sehelai daun
Tuhan menyayangi dengan sepenuh hati setiap titik debu yang menempati persemayamannya di tengah ruang
Tapi kita iseng sesama manusia
Kita tidak serius terhadap nilai-nilai
Bahkan terhadap tuhan pun kita bersikap setengah hati

Masyaalloh
Apa sih yang nancap di ubun-ubun kesadaran kita ini
Di akal kepala kita ini
Di dada kita ini
Sehingga sedemikian rajin kita tanam dendam dan kekerasan
Bukannya kelembutan atau kasih sayang
(CNKK)